Rabu, 06 Juni 2012

karakteristik karya ilmiah


                Karakteristik Kalimat Pada Karya Ilmiah
  • Kalimat pertama
Perkembangan teknologi semakin memasyarakat dikalangan anak didik. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi orang tua, karena punya anak yang tidak ketinggalan jaman. Orang tua menyadari akan pentingnya HP bagi anaknya dengan berbagai alasan. Sehingga HP, dewasa ini bukan barang mewah lagi atau bukan kebutuhan sekunder, melainkan kebutuhan primer.
  • Kalimat kedua
Di era digital seperti sekarang ini, handphone telah menjadi kebutuhan yang nyaris primer. Handphone sudah menjadi bagian dari keseharian yang mudah diakses bukan hanya bagi kalangan orang dewasa, anak-anak juga. Tak heran, anak-anak sekolah telah akrab dengan teknologi ini. Pada dasarnya, pengenalan anak pada HP bertujuan untuk mengenalkan anak pada alat komunikasi. Fungsi HP sama dengan telepon rumah yakni untuk menyampaikan pesan
  • Kalimat ketiga
Banyak fungsi yang bisa kita lakukan dengan mempunyai Handphone diantaranya digunakan untuk menyimpan informasi, membuat daftar pekerjaan atau perencanaan pekerjaan, mencatat appointment ( janji pertemuan ) dan dapat disertakan Rminder ( pengingat waktu ), kalkulator untuk perhitungan dasar sederhana, mengirim dan menerima email, mencari informasi dari internet, integrasi ke peralatan lain seperti.
Karakteristik kalimat pada karya ilmiah:
·         Bermakna isinya Jelas uraiannya.
·         Berkesatuan yang bulat.
·         Singkat dan padat.
·         Memenuhi kaidah kebahasaan.
·         Memenuhi kaidah penulisan dan format karya ilmiah.
·         Komunikasi secara ilmiah.
·         Jelas uraiannya.
·         Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat.
·         Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap.
·         Cendekia, Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama, sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
·         Obyektif, Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
·         Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
·         Lugas, Dengan paparan yang lugas, kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat akan terhindarkan. Penulisan yang bernada sastra cenderung tidak mengungkapkan sesuatu secara langsung (lugas).
·         Jelas, ketidakjelasan pada umumya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang. Dalam kalimat panjang, hubungan antar gagasan menjadi tidak jelas. Oleh sebab itu, Jawa Pos. Selasa, 5 Januari 2010.
·         dalam artikel ilmiah disarankan tidak digunakan kalimat yang terlalu panjang. Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat dalam menyusun kalimat sehingga hubungan antar gagasan dapat diikuti secara jelas.
·         Bertolak dari gagasan Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang diungkapkan, tidak pada penulis / pelaku.
·         Formal
Tingkat keformalan bahasa dalam artikel ilmiah dapat dilihat pada lapis kosakata, bentukan kata, dan kalimat. Kosakata yang digunakan cenderung menggarah pada kosakata ilmiah teknis, yang jarang dipahami oleh masyarakat umum. Perlu kecermataan dalam memilih kosakata untuk artikel ilmiah.
·         Suatu karya tulis ilmiah biasanya banyak menggunakan kata-kata asing jika belum ada padanannya dengan bahasa Indonesia.

Sumber-sumber:
Irawan, Hendra. 26 September 2008. Penggunaan Handphone pada Siswa Menurunkan Prestasi dan Konsentrasi Belajar.
Fauzan, Achnad. 23 Agustus 2004. Himpunan Undang-Undang LengkapTentang Badan Peradilan.









Contoh Kesalahan Berita Dalam Kalimat Berkarakteristik
Halaman Utama » Judul Berita di Surat Kabar
Judul Berita di Surat Kabar
Submitted by admin on Rab, 25/04/2007 - 2:06pm
Oleh: Raka Sukma Kurnia
Ketika membaca surat kabar, umumnya mata kita akan tertuju pada judul beritanya terlebih dahulu. Tatkala judul beritanya menarik, barulah kita meneruskan membaca artikel tersebut. Memang harus diakui bahwa judul berita berperan penting untuk menggiring pembaca agar menelusuri isi berita yang disampaikan. Namun, kalau kita perhatikan, judul-judul dalam surat kabar itu bukanlah judul-judul yang baik. Coba saja simak judul-judul berita berikut yang diambil dari hari Rabu, 21 Februari 2007, dari tiga surat kabar berbeda:
  1. Yusril Tak Tuding Ketua KPK Korupsi ("Kompas", halaman 1)
  2. Kegagalan Pemerintah Ancam Keamanan Negara ("Kompas", halaman 2)
  3. Ketua DPR: Tindak Tegas Yusril! ("Solopos", halaman 1)
  4. Messi dan Eto`o perkuat Barca ladeni Liverpool ("Solopos", halaman 1)
  5. Presiden Harus Tertibkan Menterinya ("Seputar Indonesia", halaman 1)
  6. Il Divo Bius Penggemar Jakarta ("Seputar Indonesia", halaman 16)
Kalau melihat dari aspek kebakuan secara morfologis, judul-judul berita di atas bukanlah judul-judul yang baik. Mari kita lihat lebih mendalam.
·         Pada contoh (a), kata "tak" merupakan bentuk singkat dari "tidak". Lalu, meskipun kata "tuding" pada prinsipnya merupakan jenis verba atau kata kerja, tidaklah jelas apakah Yusril "menuding" (Ketua KPK) atau malah "dituding" (Ketua KPK). Bagi yang mengikuti berita ini dari siaran televisi, tentu dapat menjawabnya. Namun, andaikan kita tidak memiliki skemata (pengetahuan latar) tertentu mengenai kasus tersebut, judul tersebut tentu membingungkan.
·         Dengan melakukan pendekatan yang sama, kita bisa menilai bahwa contoh-contoh lainnya pun bukanlah judul yang baik. Pada contoh (c), misalnya, kata "menyerukan" atau "meminta", justru digantikan dengan tanda titik dua (:). Selain itu, penggunaan kata dasar "tindak" pada prinsipnya juga kurang tepat, seharusnya "menindak".
·         Kasus yang berbeda justru kita temukan di harian "Solopos" pada contoh (d). "Messi dan Eto`o perkuat Barca ladeni Liverpool" menjadi salah satu berita yang menghias halaman muka "Solopos" Rabu, 21 Februari 2007. Tidak seperti judul pada umumnya, huruf awal masing-masing kata tidak diawali dengan huruf kapital. Kalaupun hendak diposisikan sebagai kalimat, faktanya tidak ada tanda baca yang mengakhiri. Ada pula kata "perkuat" dan "ladeni", yang tidak diawali oleh huruf kapital. Padahal kedua kata tersebut tidak termasuk kata depan, juga bukan konjungsi.

Keenam judul berita itu sebaiknya ditulis sebagai berikut:
  1. Yusril Tidak Menuding Ketua KPK Melakukan Korupsi.
  2. Kegagalan Pemerintah Mengancam Keamanan Negara.
  3. Ketua DPR Meminta Pihak Berwajib untuk Menindak Tegas Yusril.
  4. Messi dan Eto`o Memperkuat Barca Guna Meladeni Liverpool.
  5. Presiden Harus Menertibkan Menterinya.
  6. Il Divo Membius Para Penggemarnya di Jakarta.
Meski demikian, faktanya model penulisan judul yang melesapkan (menghilangkan) prefiks maupun unsur kata lain tampaknya justru menjadi ciri khas tersendiri dalam penulisan judul surat kabar. Padahal, sebagaimana dikemukakan wartawan senior, H. Rosihan Anwar, bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku.

Sumber-sumber:
Anwar, Rosihan. 2004. "Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi". Yogyakarta: Media Abadi.
"Il Divo Bius Penggemar Jakarta", dalam "Seputar Indonesia", Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 16.
"Kegagalan Pemerintah Ancam Keamanan Negara", dalam "Kompas", Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 2.
"Ketua DPR: Tindak Tegas Yusril!" dalam "Solopos", Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 1.
Koesworo, F.X., J.B. Margantoro, dan Ronnie E. Viko. 1994. "Di Balik Tugas Kuli Tinta". Surakarta: Sebelas Maret University Press dan Yayasan Pustaka Nusatama.
"Messi dan Eto`o perkuat Barca ladeni Liverpool", dalam "Solopos" Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 1.
"Presiden Harus Tertibkan Menterinya", dalam "Seputar Indonesia", Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 1.
"Yusril Tak Tuding Ketua KPK Korupsi", dalam "Kompas", Rabu, 21 Februari 2007. Hlm. 1.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar